Jumat, 26 Oktober 2012

Mengapa Soekarno "Ganyang Malaysia" ?



Ini disebkan paling tidak karena Soekarno merasa terhina dan terkalahkan dalam percaturan politik Internasional. Awalnya semuanya berkisar pada cita-cita Tungku Abdulrachman (Perdana Menteri Malaya yang merdeka tanggal 31 Agustus 1957) sejak awal 60-an untuk menciptakan Federasi Malaysia (tdd Malaya, Singapura, Serawak Sabah dan Berunai). Indonesia tidak setuju karena ini cuma akal-akalan Inggris untuk mempertahankan Neo Kolonialismenya dengan maksud menggencet Indonesia disegala bidang, khususnya ekonomi. Tapi tanpa persetujuan Indonesia, Federasi Malaysia berdiri juga pada tanggal 16 September 1963. Alhasil naik turunya politik Asia Tenggara juga berpengaruh pada negara-negara dikawasan tersebut. Pada suatu waktu tiba-tiba Indonesia yang penggagas Asia-Afrika mulai dicuekin oleh sejumlah negara yang pernah berkumpul di Bandung tahun 55 itu. Bukan tidak mungkin banyak negara Asia-Afrika ex jajahan Inggris bersimpati pada Malaysia. Bayangkan dalam Peringatan Ulang Tahun ke 10 Konperensi AA di Jakarta pada bulan April 65 tamu anggota yang hadir cuma 36 negara dari 60 anggota. Dan tiba-tiba Yang paling menyakitkan Soekarno juga adalah terpilihnya Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB tidak tetap. Ini sudah benar-benar penghinaan yang kelewatan pikir Soekarno. Maka ditetapkannya Indonesia keluar dari PBB dan didirikannya CONEFO dengan pusatnya di Jakarta (gedungnya sekarang jadi DPR RI). Tentu saja sejumlah besar negara komunis mendukung. Dibentuknya garis Jakarta Peking Pyongyang. Optimisme Soekarno bukan tidak punya alasan. Bukankah kita baru berhasil menyelenggarakan TRIKORA sehingga Irian kembali. Indonesia memiliki kekuatan militer yang tidak ada taranya saat itu di Asia tenggara. Dan politik dalam negeri juga sedang kuat-kuatnya khususnya atas dukungan mayoritas golongan komunis dan nasionalis. Bukankah rakyat Brunai (katanya) menolak masuk federasi dan disana ada Azhari (bukan Dr Azhari teroris) pemimpin pemberontak yang sejalan pikirannya dengan kaum revolusioner ditanah air. Apa boleh buat kita "Ganyang saja Malasia ini". Di Jakarta diselenggarakanlah demo besar-besaran. Kedutaan besar Inggris didemo dan diduduki. Simbol kerajaan di congkel dan diinjak-injak. Rumah-rumah warga negara Malaysia dan Inggris diserbu (terbanyak oleh Pemuda Rakyat) dan aset milik Ingrris dan Malaysia diambil alih. Dinyatakan menjadi milik Indonesia. Saat itulah Duta Besar Inggris Gilchrist jadi bulan-bulan dimana dirinya dituduh memilik dokumen berisi usaha menghancurkan RI yang jatuh ketangan Waperdam - Menlu Dr Soebandrio. Keadaan memanas dibidang politik ini bukan tidak diikuti konfrontasi fisik. Sejumlah pasukan Indonesia secara sporadis sudah mendarat di wilayah Malaysia. Mereka melakukan sabotase. Dan pasukan Indonesia darat, laut dan udara sudah disiagakan penuh diperbatasan. Andaikata saat itu Soekarno bilang "serang Malaysia", pasti daratan Malaysia sudah diserbu. Tapi keadaan dalam negeri Indonesia saat itu tidak pas. Keadaan sosial ekonomi amat buruk. Ditambah lagi politik yang sangat tidak menguntungkan. Terjadi kucing-kucingan antara kelompok Komunis dan anti Komunis, khususnya antara PKI dan antek-anteknya dengan TNI khususnya Angkatan Darat. Hal ini oleh Soekarno tidak mampu diatasi. Bahkan menurut sejarawan John D. Legge, Politik Konfrontasi bukan dijalankan karena ulah Tungku Abdulrachman dan Inggris, tapi karena strategi politik Soekarno terhadap kebijakan luar negerinya sekaligus mengalihkan perhatian situasi nasional yang buruk dengan harapan justru akan memunculkan persatuan dalam negeri yang menguntungkan semua pihak di Indonesia termasuk meningkatkan semangat nasionalisme. Sejarah konfrontasi yang menurut pihak Sukarnois amat gilang gemilang akhirnya hancur lebur dengan peristiwa G30S PKI dan Soeharo muncul bersama orang dekatnya seperti Adam Malik dan Ali Murtopo diadakanlah Kunjungan Muhibah ke Malaysia. Proyek OPSUS ini mendatangkan semua yang menjadi begitu indah dan gemulai, Abdu Rachman, Razak dan sejumlah petinggi Indonesia, makan nasi minyak dan sejumlah gulai ala Malasia, sambil menyaksikan keprigelan penari Melayu (bukan Lenso) dengan dendang Pak Ketipak Ketipung. Damai-damai kita serumpun..bukaan ?. Bukan hal aneh kalau Malaysia sekarang dianggap kurang ajar macam sekarang oleh Indonesia. Indonesia memang orang yang cinta damai barangkali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar