Ini
disebkan paling tidak karena Soekarno merasa terhina dan terkalahkan
dalam percaturan politik Internasional. Awalnya semuanya berkisar pada
cita-cita Tungku Abdulrachman (Perdana Menteri Malaya yang merdeka
tanggal 31 Agustus 1957) sejak awal 60-an untuk menciptakan Federasi
Malaysia (tdd Malaya, Singapura, Serawak Sabah dan Berunai). Indonesia
tidak setuju karena ini cuma akal-akalan Inggris untuk mempertahankan
Neo Kolonialismenya dengan maksud menggencet Indonesia disegala bidang,
khususnya ekonomi. Tapi tanpa persetujuan Indonesia, Federasi Malaysia
berdiri juga pada tanggal 16 September 1963. Alhasil naik turunya
politik Asia Tenggara juga berpengaruh pada negara-negara dikawasan
tersebut. Pada suatu waktu tiba-tiba Indonesia yang penggagas
Asia-Afrika mulai dicuekin oleh sejumlah negara yang pernah berkumpul di
Bandung tahun 55 itu. Bukan tidak mungkin banyak negara Asia-Afrika ex
jajahan Inggris bersimpati pada Malaysia. Bayangkan dalam Peringatan
Ulang Tahun ke 10 Konperensi AA di Jakarta pada bulan April 65 tamu
anggota yang hadir cuma 36 negara dari 60 anggota. Dan tiba-tiba Yang
paling menyakitkan Soekarno juga adalah terpilihnya Malaysia sebagai
anggota Dewan Keamanan PBB tidak tetap. Ini sudah benar-benar penghinaan
yang kelewatan pikir Soekarno. Maka ditetapkannya Indonesia keluar dari
PBB dan didirikannya CONEFO dengan pusatnya di Jakarta (gedungnya
sekarang jadi DPR RI). Tentu saja sejumlah besar negara komunis
mendukung. Dibentuknya garis Jakarta Peking Pyongyang. Optimisme
Soekarno bukan tidak punya alasan. Bukankah kita baru berhasil
menyelenggarakan TRIKORA sehingga Irian kembali. Indonesia memiliki
kekuatan militer yang tidak ada taranya saat itu di Asia tenggara. Dan
politik dalam negeri juga sedang kuat-kuatnya khususnya atas dukungan
mayoritas golongan komunis dan nasionalis. Bukankah rakyat Brunai
(katanya) menolak masuk federasi dan disana ada Azhari (bukan Dr Azhari
teroris) pemimpin pemberontak yang sejalan pikirannya dengan kaum
revolusioner ditanah air. Apa boleh buat kita "Ganyang saja Malasia
ini". Di Jakarta diselenggarakanlah demo besar-besaran. Kedutaan besar
Inggris didemo dan diduduki. Simbol kerajaan di congkel dan
diinjak-injak. Rumah-rumah warga negara Malaysia dan Inggris diserbu
(terbanyak oleh Pemuda Rakyat) dan aset milik Ingrris dan Malaysia
diambil alih. Dinyatakan menjadi milik Indonesia. Saat itulah Duta Besar
Inggris Gilchrist jadi bulan-bulan dimana dirinya dituduh memilik
dokumen berisi usaha menghancurkan RI yang jatuh ketangan Waperdam -
Menlu Dr Soebandrio. Keadaan memanas dibidang politik ini bukan tidak
diikuti konfrontasi fisik. Sejumlah pasukan Indonesia secara sporadis
sudah mendarat di wilayah Malaysia. Mereka melakukan sabotase. Dan
pasukan Indonesia darat, laut dan udara sudah disiagakan penuh
diperbatasan. Andaikata saat itu Soekarno bilang "serang Malaysia",
pasti daratan Malaysia sudah diserbu. Tapi keadaan dalam negeri
Indonesia saat itu tidak pas. Keadaan sosial ekonomi amat buruk.
Ditambah lagi politik yang sangat tidak menguntungkan. Terjadi
kucing-kucingan antara kelompok Komunis dan anti Komunis, khususnya
antara PKI dan antek-anteknya dengan TNI khususnya Angkatan Darat. Hal
ini oleh Soekarno tidak mampu diatasi. Bahkan menurut sejarawan John D.
Legge, Politik Konfrontasi bukan dijalankan karena ulah Tungku
Abdulrachman dan Inggris, tapi karena strategi politik Soekarno terhadap
kebijakan luar negerinya sekaligus mengalihkan perhatian situasi
nasional yang buruk dengan harapan justru akan memunculkan persatuan
dalam negeri yang menguntungkan semua pihak di Indonesia termasuk
meningkatkan semangat nasionalisme. Sejarah konfrontasi yang menurut
pihak Sukarnois amat gilang gemilang akhirnya hancur lebur dengan
peristiwa G30S PKI dan Soeharo muncul bersama orang dekatnya seperti
Adam Malik dan Ali Murtopo diadakanlah Kunjungan Muhibah ke Malaysia.
Proyek OPSUS ini mendatangkan semua yang menjadi begitu indah dan
gemulai, Abdu Rachman, Razak dan sejumlah petinggi Indonesia, makan nasi
minyak dan sejumlah gulai ala Malasia, sambil menyaksikan keprigelan
penari Melayu (bukan Lenso) dengan dendang Pak Ketipak Ketipung.
Damai-damai kita serumpun..bukaan ?. Bukan hal aneh kalau Malaysia
sekarang dianggap kurang ajar macam sekarang oleh Indonesia. Indonesia
memang orang yang cinta damai barangkali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar