Hitam. Kelam. Legam. Lebam.
Masa lalu bersamamu begitu hitam. Rasanya begitu kelam. Tak terlihat karena legam. Namun begitu terasa hingga membuat lebam.
Kamu seperti bayang-bayang. Terus mengikuti ke mana langkahku pergi.
Rasanya ingin pergi, tetapi langkah bayangmu lebih cepat mengikuti.
Kamu sudah jauh berada di depan, akan tetapi bayangnya begitu dekat di
belakang. Apa yang bisa aku lakukan? Hanya mengira-ngira, apakah
bayangan itu akan memeluk dari belakang, atau berencana menusukku dengan
belati dendamnya.
Akhirnya, aku memutuskan untuk diam. Karena semakin aku berlari, semakin
lelah aku mencari. Rasanya, sia-sia saja aku melangkah, bayangmu begitu
lekat. Terpaksa aku kembali ke masa laluku yang aram, hanyak agar
bayanganmu yang terus mengganggu akhirnya karam.
Sayangnya, seiring dengan terbitnya mentari di pelupuk hati, bayang itu datang lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar